Thursday, October 21, 2010

HUBUNGAN PARENTING (KEPENGASUHAN ORANG TUA) DENGAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


PARENTING DALAM RANGKA PENCEGAHAN
Orangtua (ayah dan ibu) merupakan figur yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Menurut Denny Setiawan (2009) “Para orang tua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat anaknya takut. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk.”.

Ayah dan Ibu (orang tua) memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam pembentukan kepribadian seoran anak. Pola kepemimpinan dalam rumah tangga oleh ayah, dan pola pengasuhan oleh ibu sangat menentukan kebahagiaan anak-anak mereka. Marjohan (2009) mengemukakan ada tiga tipe kepemimpinan dan pengasuhan yang secara tak sengaja diterapkan oleh ayah dan ibu, yaitu tipe otoriter, laissez faire dan demokrasi. Orang tua yang otoriter cenderung berwatak keras, suka memaksakan pendapat. Tipe laissez faire adalah orang tua yang suka masa bodoh, serba tidak peduli atas apa yang terjadi, dan tipe demokrasi adalah pola kepemimpinan ayah dan pengasuhan kaum ibu yang menghargai hak hak dan pendapat anak dan anggota keluarga yang lain.

Keluarga yang ideal adalah keluarga yang hangat dan yang demokrasi. Orang tua atau ayah-ibu yang penuh penghargaan dimana kegiatan dalam keluarga dilaksanakan secara kebersamaan menurut peran yang telah disepakati akan sangat menentukan pembentukan kualitas perkembangan anak. Lebih lanjut Denny Setiawan (2009) menjelaskan bahwa perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali. Dari segi kesehatan Titi Somahita (2009) mengungkapkan bahwa sikap dan perilaku orangtua disamping berpengaruh terhadap kesehatannya sendiri, juga berpengaruh terhadap anak-anaknya yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab sendiri terhadap kesehatannya. Hal ini didukung dengan data Departemen Kesehatan RI pada tahun 2003 terdapat sekitar 27, 5% (5 juta balita kurang gizi), 3, 5 juta anak (19, 2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1, 5 juta anak gizi buruk (8, 3%). Sedangkan jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan Dinas Kesehatan Propinsi selama Januari-Desember 2005 adalah 75.671 balita. (Midwifery, 2008, dalam Lia Pribawaningsih, 2009)

Adapun faktor-faktor penyebab gizi buruk dan gizi kurang bermacam-macam, diantaranya : 1) Kurang mendapat asupan gizi yang seimbang dalam waktu yang cukup lama, 2) Menderita penyakit infeksi sehingga asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan, 3) Tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, 4) Pola asuh yang kurang memadai, 5) Akses pelayanan kesehatan terbatas, 6) Minimnya pengetahuan ibu tentang gizi keluarga, 7) Sanitasi/kesehatan lingkungan yang kurang baik. (Billy, 2008, dalam Lia Pribawaningsih, 2009).

Dari beberapa faktor penyebab di atas pola pengasuhan mempunyai kontribusi sebesar 30% terhadap penentuan status gizi balita (Kitaunair, 2008, dalam Lia Pribawaningsih, 2009). Sedangkan diketahui bahwa kekurangan gizi pada anak akan menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik, menurunkan perkembangan kecerdasan, kekurangan gairah belajar, menurunnya produktivitas dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Salah satu penyebab ketunagrahitaan pasca anak lahir adalah adalah gizi buruk dimana Kecerdasan anak sangat ditentukan bagaimana perkembangan dan pertumbuhan otak saat dalam kandungan dan setelah kelahiran. Gizi yang cukup dan memenuhi kebutuhan merupakan determinan utama dalam pertumbuhan dan perkembangan otak dari sejak dalam kandungan sampai fase tersebut selesai (www.ikmi.or.id/berita.htm,2003).
Dari sudut pandang perkembangan psikologis, orang dewasa terdekat anak dalam hal ini orang tua merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak dan mempunyai pengaruh sangat besar karena pada dasarnya anak mempunyai sifat imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah dilihatnya. Pembelajaran tentang sikap, perilaku dan bahasa yang baik sehingga akan terbentuknya kepribadian anak yang baik pula, perlu diterapkan sejak dini. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1978) yang mengungkapkan bahwa orang yang paling penting bagi anak adalah orang tua, guru dan teman sebaya dari merekalah anak mengenal sesuatu yang baik dan tidak baik. Pendidikan dalam keluarga yang baik dan benar, akan sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi dan sosial anak. Kebutuhan yang diberikan melalui pola asuh, akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sebagian dari orang-orang yang berada di sekitarnya.

Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak setelah ia menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara ia waktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar main dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1997 dalam Tarmidzi Ramadhan, 2009). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak menjadi dewasa.

Menurut Clemes (2001) bahwa terjadinya penyimpangan perilaku anak disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal. Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat dari keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari orang tua dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi “masalah” kemungkinan terjadi akibat dari tidak berfungsinya sistem sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas perlakuan lingkungan terhadap dirinya.

Penanganan terhadap perilaku anak yang menyimpang merupakan pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu jiwa dan pendidikan. Orang tua dapat saja menerapkan berbagai pola asuh yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga. Apabila pola-pola yang diterapkan orang tua keliru, maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik, bahkan akan mempertambah buruk perilaku anak. Dalam ilmu pendidikan luar biasa, anak-anak yang mengalami penyimpangan dalam perilaku biasa di sebut dengan tuna laras yang menunjukkan ciri-ciri Perilakunya tidak dapat diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya, aturan keluarga dan sekolah, serta Sering mengganggu, bersikap membangkang atau menentang dan tidak dapat bekerjasama.

Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa pola asuh orang tua terhadap anak sangat berperan penting dan berkorelasi dalam perkembangan fisik maupun psikologis anak. Pola asuh yang tepat dapat menghindarkan resiko hambatan kecerdasan dan perilaku yang menyimpang yang akan berdampak pada kemampuan anak belajar dan kebutuhan layanan pendidikan ketika menginjak usia sekolah.


DAFTAR PUSTAKA
Clemes, Harris. 2001. Mengajarkan Disiplin Kepada Anak. Jakarta. Mitra Utama.

Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Marjohan (2009). Pendidikan Dan Parenting Dalam Keluarga. Http://Www.Wikimu.Com/News/Displaynews.Aspx?Id=16485

Pribawaningsih , Lia, 2009). Gambaran Penerapan Pola Asuh Orang Tua Pada Balita Dengan Kekurangan Energi Protein (Kep). Http://Dahsyaat.Com/Gambaran-Penerapan-Pola-Asuh-Orang-Tua-Pada-Balita-Dengan-Kekurangan-Energi-Protein-Kep/

Ramadhan, Tarmidzi 2009). Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengarahkan Perilaku Anak. Http://Tarmizi.Wordpress.Com/2009/01/26/Pola-Asuh-Orang-Tua-Dalam-Mengarahkan-Perilaku-Anak/

Setiawan, Denny (2009). Peran Orang Tua Dan Sekolah Dalam Mendidik Anak. Http://Www.Sd-Binatalenta.Com/Arsipartikel/Pendidikan_Keluarga_Anak.Pdf

Somahita, Titi (2009). Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Orangtua Terhadap Kelainan Refraksi Pada Anak. Http://Eprints.Undip.Ac.Id/8082/1/Titi_Somahita.Pdf

No comments: