Tuesday, February 23, 2010

Sindrom Tourette

Sindrom ini pertama kali ditemukan oleh seorang dokter dari Perancis bernama Geogers Gilles de la Tourette ini merupakan gangguan yang menunjukkan adanya masalah pada sarag seseorang. seringkali keadaan ini disebut Distonia, yaitu gerakan dengan kontraksi otot yang terus menerus, menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal.
Sindrom Tourette menurut Irawan Mangkuatmadja (Dep. Ilmu Kesehatan Anak FK UI) adalah kelainan neuropsikiatri kronis yang khas ditandai dengan adanya gerakan otot dan suara yang tidak dapat diatur (tick). secara sederhana dapat dikatakan adanya gerakan otot-otot tertentu disertai dengan keluarnya suara dari mulut secara berurutan. kata-kata yang keluar dapat berupa kata-kata tak berarti sampai berupa kata-kata kasar dan kotor.
gejala-gejala sindrom tourette atau distonia diantaranya seperti sering berkedutnya urat wajah. kedutan atau kejang pada mulut dan sering berkedipnya mata adalah gejala umum pertama yang paling sering muncul. gejala yang biasa terjadi lainnya termasuk juga gerakan tangan atau anggota tubuh tanpa sengaja atau mengeluarkan suara seperti berdeham dan mengeluarkan suara dari hidung seperti membaui.
Tidak ada pola gejala yang tunggal, bahkan beberapa diantaranya merasakan gejala yang samar. kejang dapat diklasifikasikan sebagai kejang yang sederhana, seperti menggerakkan bahu secara spontan, kedipan mata, decak lidah, atau bunyi-bunyi dari hidung. tidak sedikit pula yang kompleks seperti melompat, suka berputar-putar, hingga mengeluarkan kata-kata yang tidak diteria umum.
Tourette seringkali menguras energi. Gerakan motoris yang tidak terkontrol membuat penderitanya sering mengalami keletihan yang amat sangat. Belum lagi penderita yang tidak dapat mengendalikan spontanitas berbicaranya termasuk juga penggunaan kata-kata kotor yang tak terkendali (coprolalia) dan pengulangan frase yang ia dengar diucapkan orang lain (echolalia), atau pada masyarakat awam dikenal dengan istilah latah.
Mereka yang terkena sindrom tourette seringkali juga memiliki berbagai masalah psikologi, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), obsessive-compulsive disorder (OCD), dan kebiasaan menyakiti diri sendiri, walaupun hubungan antara gangguan-gangguan ini dengan sindrom tourette masih belum jelas.
Menurut Luh Surini Y.S (psikolog anak fak. psikologi UI) sindrom tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan gerakan seperti mengangkat tangan, menggoyangkan kepala, atau berdeham seperti ringkihan kuda yang tiba-tiba dan tidak bisa dikontrol secara berulang dan tidak bertujuan.
Catatan penderita sindrom tourette di Indonesia masih sedikit. namun bukan berarti penderitanya tidak banyak.
Gejala-gejala sindrom tourette antara lain ditandai dengan munculnya gerakan tick sederhana yang berkembang menjadi gerakan yang lebih kompleks, yang umumnya sudah berlangsung selama satu tahun. gangguan ini diawali dengan gejala yang ringan kemudian makin lama makin berat.
gerakan-gerakan sederhana di mulut makin memberat menjadi gerakan bahu. suara yang awalnya hanya suara kerongkongan yang menjadi berat karena dengan diikuti kata-kata tertentu hingga sulit diartikan. memarahi anak karena "kebiasaanya" menggerak-gerakkan anggota badan dan mengeluarkan suara itu justru dapat memperparah gangguan.
sindrom tourette merupakan penyakit keturunan dengan prevalensi pria wanita 3:1. penyebab yang pasti masih belum diketahui, tetapi diduga merupakan suatu kelainan dalam dopamine atau neurotransmitter otak lainnya.
Gangguan ini diduga bersifat familial psikogenik. biasanya dimulai pada usia seseorang dibawah usia 21 tahun. karena merupakan gangguan bersifat keturunan itulah, maka sulit dilakukan pencegahan terhadap gangguan ini.
Selain adanya kelainan neurobehavior di otak, gangguan ini tidak mengenai organ lain. tetapi kurangnya konsentrasi akibat gangguan gerakan-gerakan spontan ini bisa mempengaruhi kemampuan akademis anak.
seseorang bisa saja terkena sindrom tourette karena faktor keturunan atau tiba-tiba muncul. untuk yang terakhir ini biasanya disebut sporadic tourette;s syndrome. jika sindrom tourette yang muncul karena faktor turunan, maka gejala-gejalanya bisa sama dengan yang pernah dialami orang tuanya, atau dengan gejala kombinasi yang berbeda, atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.
Walaupun tidak berbahaya, sindrom ini perlu ditangani dengan baik karena kerap mempengaruhi kondisi psikologis penderitanya. kurangnya pengertian dari orang lain terhadap kondisi anak-anak yang memiliki sindrom tourette seringkali membuat penderitanya merasa minder. akibatnya, mereka akan merasa sulit membangun sebuah hubungan dengan teman atau orang lain.
Sekitar 10 % dari mereka yang memiliki gen keturunan sindrom ini memiliki gejala yang cukup mengganggu dan membutuhkan perawatan medis. sangat penting untuk melakukan diagnosis dan penanganan sedini mungkin. diagnosis dilakukan dengan melihat pola gejala. walaupun belum ada penyembuhan, tetapi sindrom tourette dapat diatasi. bagi banyak orang, psikoterapi atau terapi kebiasaaan akan sangat membantu, begitu juga dengan terapi relaksasi.



--- semoga bermanfaat ---