Thursday, March 12, 2009

ASSESMEN KARIER DAN VOKASIONAL BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA DEWASA


ASSESMEN KARIER DAN VOKASIONAL

BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA DEWASA

Oleh : Dede Supriyanto S.Pd

(Guru SLB Bintang Harapan Bandung dan Ortopedagog SDN Tunas Harapan Bandung)

Latar Belakang

Pada awalnya vokasional dikenal hanya dalam arti sempit yaitu berarti pekerjaan sehingga pelaksanaannya hanya dalam saat-saat yang sifatnya temporer ataubila individu membutuhkannya.

Pengertian tersebut berkembang sehingga vokasional tidak hanya dipandang hanya sebagai pekerjaan yang diberikan pada tamatan sekolah menengah atas, tetapi dibutuhkan oleh semua peserta didik sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.Yang dibedakan adalah; jika pada Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar materi pembahasannya adalah untuk memberikan pengertian dasar mengenai kemungkinan pekerjaan dalam hidup kelak dan memberikan kesadaran bahwa sekolah memberi kesempatan untuk bereksplorasi dalam mempersiapkan kehidupan kelak, sedangkan pada lembaga yang lebih tinggi selain melanjutkan hal-hal diatas maka telah diarahkan pada prevokasional maupun vokasional.

Sehubungan dengan kebutuhan akan hal tersebut maka pengetahuan dan bagaimana pembinaan vokasional itu perlu diprogramkan secara menyeluruh, termasuk didalamnya pendidikan penyandang tunagrahita dewasa.

Pembinaan vokasional yang tepat harus berangkat dari program pembelajaran individual (PPI) yang disusun berdasarkan hasil assesmen. Oleh karenanya proses penilaian (assesmen) merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan sebuah proses pembinaan dan pembelajaran vokasional bagi penyandang tunagrahita dewasa.

A. Assesmen karier dan vokasional penyandang tunagrahita dewasa.

Terdapat beberapa masalah yang perlu diperhatikan bila mengadakan assesmen mengenai karier dengan vokasional penyandang tunagrahita dewasa, yaitu ; sejauhmana kemampuannya, perhatiannya, dan tingkah lakunya. Adapun kegunaan dilakukannya kegiatan assesmen karier dan vokasional disamping untuk keperluan pembuatan program layanan serta strategi pelaksanaannya,j uga diharapkan dapat menunjang usaha memenuhi kebutuhan penyandang tunagrahita yang dimaksud. Oleh karena itu dalam memberikan pelayanan terhadap penyandang tunagrahita dewasa sangat diperlukan pemberian kesempatan untuk mempelajarai beberapa keterampilan dan mempelajari cara-cara penyesuaian diri dengan lingkungan pekerjaan maupun tempat tinggalnya.

Assesmen untuk para penyandang tunagrahita dewasa mulai dilaksanakan di Amerika pada tahun 1975 dengan diberlakukannya beberapa ketentuan bahwa setiap penyandang tunagrahita dewasa harus diikutsertakan dalam program vokasional di masyarakat. Dengan demikian setiap pelatih atau pembimbing harus bersedia untuk menerima penyandang cacat.

1. Tujuan Assesmen karierdan vokasional.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan assesmen karier dan vokasional pada penyandang tunagrahita dewasa diantaranya :

a. Agar dapat menyusun program dan menyajikan program pembinaan karier dan vokasional yang sesuai dengan kondisi penyandang tunagrahita dewasa berkaitan dengan penyusunan programnya. Program yang disusun harus berbentuk IEP (Individualized Education Program) yang mempunyai ciri-ciri sasaran untuk remedial bila peserta didik mengalami kesulitan dalam membaca formulir pekerjaan,jadwal berkomunikasi dengan menggunakan telepon, penggunaan uang dalam pekerjaan, dan lain-lain. Salah satu contoh program IEP adalah pengembangan motorik halus untuk pekerjaan menjahit, pertanaman, mengatur makanan dan lain-lain.

b. Agar dapat mengadakan evaluasi,tindak lanjut serta programremedial bila diperlukan.

c. Agar terjalin kerjasama tim yang baik,misalnya bekerja sama antara guru,wali kelas, guru vokasional, dan tenaga ahli rehabilitasi.

d. Ruang lingkup karier dan vokasional meliputi : sikap, kebiasaan belajar, pengetahuan mengenai karierdan vokasional, perhatian kemampuan bekerja secara khusus, pemeliharaan kesehatan, dan hubungan kemasyarakatan. Hal-hal tersebut sangat diperlukan untuk penempatan mereka dalam pendidikan maupun pekerjaannya kelak.

2. Komponen Assesmenkarierdan vokasional.

Sebagaimana dikemukakan oleh Donald F.Sellin (1979) komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam melakukan assesmen adalah :

a. Kemampuan belajar membaca, berhitung dan menulis.

b. Kemampuan intelektual,

c. Kemampuan adaptasi,

d. Kemampuan khusus,

e. Tingkah laku saat belajar misalnyadi ruangan kelas,

f. Kemampuan okupasi.

Informasi-informasi yang diperoleh dari komponen- komponen tersebut digabungkan dan diolah sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat keputusan,sehingga upaya pembinaan karier dan vokasional dapat berjalan sesuaidengan keadaan peserta,dan diharapkan tujuan program dapat tercapai.

Dewasa ini pembinaan karier dan vokasional masih sangat terbatas dibicarakan. Karena itu kegiatan assesmen ini perlu dikembangkan dengan berbagai bentuk dan dapat diterapkan dalam setiap program. Contoh : perlunya penyesuaian diri terhadap kemajuan teknologi, misalnya tunagrahita dewasa hendaknya memiliki kemampuan berbelanja di pasar swalayan, membaca pengumuman, tata cara undian, danm sebagainya.

Hal lainyang dianggap tidak kalah pentingnya adalah keadaan peserta didik yang memerlukan persiapan secara dini dalam kemampuan kognitif, keterampilan atau persoalan-persoalan lain yang berkaitan dengan tingkah laku. Karakteristik yang terakhir ini dimasukkan dalam penentuan program mengingat banyaknya peserta didikyang tidak berhasil bila menghadapi evaluasi belajar, dan adanya ketentuan yang tidak tepat.

Assesmen ini khususnya ditujukan kepada mereka yang mempunyai keterbatasan dalam membaca, menulis,memusatkan perhatian,motorik halus,dan kemampuan-kemampuan lain. Program assesmen sebaiknya dihubungkan dengan bidang-bidang lain yang disesuaikan dengan berat dan ringannya hambatan yang dialami. Berbagai unsure assesmen untuk menganalisis vokasional antara lain :

a. Fisik, meliputi : daya tahan tubuh, keluwesan dalam menggunakan jari-jarinya,

b. Persepsi, misalnyadalam membedakan warna.

c. Akademik, misalnya berhitung.

d. Cara menggunakan peralatan,

e. Afektif, misalnya kemampuan sosialisasi.

f. Pemahaman kondisi tempat kerja.

g. Pengetahuan akan gaji dan upah kerja.

h. Pemahaman prosedur penerimaan pegawai.

i. Analisis medis.

j. Penampilan diri (cara berpakaian).

k. Hasil tes standar ( berkaitan dengan bidang pekerjaan tertentu).

l. Pemahaman system kerja komersial sederhana, misalnya mengelompokkan surat-surat.

m. Pemahaman bentuk kerja untuk pengembangan diri berupa pemberian kesempatan untuk menggunakan cara kerja yang sesuai dengan minatnya.

n. Analisis tingkah laku.

Penyusunan assesmen program karier dan vokasional harus mencakup kebutuhan rumah dan lingkungan peserta. Dari setiap aspek dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, misalnya: kemampuan akademik terdiri atas berapa jumlah kosa kata yang dapat dikatakannya,hal-hal yang berkaitan dengan perhitungan, bagaimana menghubungkan huruf-huruf (membaca), bagaimana menghubungkan hal-hal yang dipelajari di sekolah dengan penggunaanya di masyarakat, bagaimana kemampuan persepsinya.

B. Assesmen Minat untuk Karier dan Pekerjaan.

Minat merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dalam merencanakan perngembangan karier dan vokasional yang tepat. Oleh karena itu faktor minat hendaknya menjadi bahan pertimbangan dan perlu direncanakan dengan matang.

Mengassesmen minat seseorang tidaklah mudah, apalagi tanggapan terhadap minat seseorang tidak sama. Hal ini akan membawa akibat pada pekerjaan individu yang tidak sesuai dengan minatnya sehingga akhirnya akan menemui kegagalan.

Untuk mengassesmen minat, Rena B Lewis (1986) mengemukakan petunjuk sebagai berikut :

Untuk mengetahui minat karier dan vokasional seseorang penyandang tunagrahita dapat dilakukan dengan memperlihatkan gambar-gambar mengenai jenis pekerjaan yang terdiri dari beberapa set. Yang dites menunjuk, menyebutkan atau menuliskan apa yang dikerjakan oleh orang pada gambar itu sesuai dengan apa yang disebutkan atau dibacakan oleh tester.

Contoh : disediakan beberapa set gambar tentang jenis-jenis pekerjaan misalnya gambar orang yang sedang merawat orang sakit, gambar orang sedang menanam bunga, gambar orang yang sedang menjahit. Setiap set terdiri dari tiga buah gambar dan nama pekerjaannya. Adapun cara memilihnya, yaitu hanya melingkari orang yang sedang melakukan pekerjaan atau menyebutkan apa yang dikerjakan oleh orang pada gambar tersebut. Petunjuk pelaksanaan dibacakan oleh tester. Hasil tes ini dapat dijadikan bahan masukan untuk merencanakan bidang pekerjaan dan penempatannya.

Selanjutnya assesmen mengenai bakat dan minat karier dikemukakan oleh Parker (1983) yang dikutip James R. Patton, dkk bahwa “instrument tes didasarkan pada aspek verbal, berhitung, pengetahuan ruang, persepsi, ketrampilan khusus dan kecakapan umum”.

Isi tes, jumlah item dan prosedur administrasinya dilukiskan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan individu. Hal lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana mengadakan assesmen vokasional dengan menggunakan tes tertulis atau dengan melalui pengamatan pada saat mencoba mengerjakan sesuatu.

Tes tertulis memuat tes kemampuan (aptitude test) dan tes minat (interest inventory). Tes kemampuan misalnya untuk mengukur kemampuan mengetik harus menunjukkan bahwa dia bias belajar mengetik. Hasil tes semacam ini biasanya untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan seseorang akan dapat mencapai sukses dalam satu bidang tertentu. Tes minat lebih menitik beratkan kepada pengukuran perasaan seseorang daripada kemampuan.

Cara lain yang dipergunakan untuk mengukur ketrampilan kerja adalah dengan mengadakan simulasi kerja. Brolin (1982) menyarankan bahwa dalam prosedur ini contoh pekerjaan sebaiknya tertulis dan disusun sedemikian rupa sehingga tugas-tugas yang diminta tersusun secara berurutan dimulai dari hal yang paling mudah ke hal yang sulit. Testee diperbolekan mengerjakan setiap tugas secara lengkap sebelum melangkah ke tugas berikutnya. Dengan cara seperti ini diharapkan mereka dapat menguasai tiap-tiap tugas yang diperlukan untuk melakukan cara mengerjakan sesuatu.

C. Menyimpulkan Hasil Assesmen Karier dan Vokasional.

Sesuatu yang menarik untuk disimak dalam menilai dan menyimpulkan hasil assesmen adalah:

a. Nilai unsur sosial dan personal harus berada diatas rata-rata. Hal ini menandakan bahwa yang paling penting bagi penyandang tunagrahita dewasa adalah kemampuan menyesuaikan dirinya, misalnya bagaimana kemampuan bergaul dengan teman sekerjanya, bagaimana ia mengutarakan keinginan, berbisara dengan atasannya, dan lain-lain.

b. Nilai kemampuan okupasi tidak selalu berada pada garis rata-rata atau diatas rata-rata tetapi dapat saja berada dibawah rata-rata, ini menandakan bahwa yang peling penting bagi tunagrahita dewasa adalah masalah penyesuaian dirinya, sedangkan mengenai kemampuan bekerjanya merupakan masalah berikutnya.

Ketrampilan mereka dalam bekerja dapat diterima walaupun sangat sederhana, atau ia hanya mampu mengerjakan salah satu sub pekerjaan tertentu. Selain itu seringkali keberhasilan dalam hubungan pekerjaan tidak berarti akan berhasil pula dalam bidang yang lain. Oleh karena itu mereka harus mempelajari kemampuan-kemampuan yang benar-benar dibutuhkan dan sesuai dengan keadaan dirinya serta perlunya mereka mendapatkan bimbingan. Hasil assesmen dapat digunakan untuk menyusun program vokasional dan akhirnya penyandang tunagrahita dewasa dapat ditempatkan pada pekerjaan yang tetap

D. PelaksanaanAssesmen Karier dan Pekerjaan.

Kegiatan assesmen karier dan vokasional dapat dilakukan oleh guru umum, guru khusus atau guru vokasional. Namun disamping itu diperlukan pula bantuan dari lingkungan rumah, tetangga, masyarakat sekitar, serta lingkungan kerja dimana yang bersangkutan ingin bekerja.

Assesmen karier dan vokasional pada tunagrahita dewasa diberikan melalui pola-pola reaksional, maksudnya setiap item tugas sedapat mungkin harus dilakukan sehingga diketahui bagaimana yang bersangkutan melakukan dan mereaksi tugas-tugas dari assesmen tersebut.

Daftar Pustaka

Depdikbud,(1996) Pendidikan dan pembinaan karier Penyandang Tunagrahuta Dewasa. Jakarta : Dirjen Dikti

Depdiknas (2007) Pedoman Mata Pelajaran Vokasional dan Teknologi Informasi bagi Siswa Tunagrahita. Jakarta

Pengalaman Penulis

No comments: